Rabu, 06 November 2013

Taman PPL

Kisah berawal dari datangnya seorang guru baru kesebuah sekolah tingkat SMA, pertama datang guru tersebut sudah banyak yang melirik, baik itu guru-guru wanita maupun siswi disekolahan tersebut, maklum lah guru itu masih muda jadi wajar saja kalau dia banyak yang tertarik. Keesokan harinya, hari perama guru muda itu mengajar, pada hari selasa pagi dengan mengenakan Baju Putih dan Celana Hitam dengan wajah berseri dia mulai masuk kelas dan menemui calon anak didiknya, yakni kelas 1-4 di SMA tersebut, di hari pertamanya, dia selalu digodain sama muridnya, terutama murid ceweknya setiap gerakannya dan sewaktu bicara selalu saja jadi komentar, yaaaa,,,mungkin mereka kagum, atau sebalikknya seperti itu lah seterusnya. Akan tetapi, diantara semua murid kelas 1 nya ada yang bener- bener suka sama guru itu, dia selalu bertingkah laku aneh apabila berhadapan dengan guru itu, bahkan setiap guru itu mengajar dikelasnya dia hanya melamun memperhatikan guru yang ia sukai saja. Pada akhirnya, guru itu pun merasa bahwa ada hal yang aneh atas salah satu tingkah laku muridnya itu, kemudian guru itu menemui wanita yang mengidaminya, dan menanyakan apa yang sebenernya terjadi, kenapa dia bertingkah laku seperti itu. Pertemuan dilakukan dikantin sekolah, Guru itu bertanya “adik kenapa sih, saya perhatikan ada hal yang beda dengan kamu, setiap kali saya lihat kamu, kamu selalu aneh, wajah saya terlalu nakutin yah buat kamu, atau kamu merasa gak nyaman dengan saya??. Dengan wajah yang memerah dan sedikit bingung, dia hanya diam saja, sesekali walaupun dia menjawab, dia hanya jawab “gak tahu pak, saya juga bingung maafin saya pak apabila saya membuat heran bapak. Krena tidak ingin muridnya semakin tertekan guru itupun menyudahi pertemuan tersebut. Keesokan harinya, saat guru itu lagi istirahat dikantor, salah seorang muridnya sekaligus teman yang menyukainya itu menghampiri guru itu, muridnya itu berkata “bapak, sebenernya tuh temen saya itu suka sama bapak dan kayanya jatuh cinta sama bapak”, guru itu diam dan sesekali tersenyum, kemudian temennya itu bertanya “bapak ich, kok malah senyum-senyum sih, iiiiich, gemes-gemes-gemes”… “iyah-iya, maaf, jangan marah donk” jawab si guru itu sambil tersenyum. Disisi lain padahal guru tersebut juga menyukai muridnya itu, kemudian guru itu bicara kepada temannya itu “ dik, tolong kasih tahu ke dia, segera menghadap menemui bapak gituh yah dik”,,si murid menjawab “ siap lah pak,,asalkan pasti bayarannya, he he he he….”. Keesokan harinya, bertemulah mereka,,, si murid mengawali pembicaraan, katanya “kemaren kata temen, bapak nyuruh saya ketemu sama bapak yah? Da pa pak?”, nggk kok gk da apa-apa, saya Cuma ingin tahu, apa benar kamu suka sama saya? Kata si guru tersebut…..!!. Dengan wajah bingung bercampur malu,si murid diam saja tanpa berkutik apapun, kemudian si guru itu pun menambahkan lagi “yaudah kalau gk mau menjawab, gk apa-apa,,,”, sebelum guru itu meneruskan perkataannya si murid langsung menjawab “ iya, pak, tapi bapak jangan marah ya, rasanya saya jatuh cinta sama bapak?”,,sambil tersenyum guru itu menjawab “bapak tidak marah kok, malah bapak seneng loh, bapak disukai sama cewek sebaik kamu, jujur bapak juga suka sama kamu?”. Tidak perlu panjang lebar lagi, setelah pertemuan tersebut mereka menjalani perasaan mereka, setelah murid itu lulus, mereka pun pacaran serius dan akhirnya sampai juga kepelaminan….!!!wkwkwkwk

Sabtu, 14 September 2013

MASA ITU.

Terdengar ku oleh ku suara bel itu, dan terlihat sekolompok siswa itu pergi dan bergegas memasuki ruang kelas merka masing-masing, suasana menjadi sepi sektika seperti kuburan, hanya terdengar suara motor yang melaju dari kiri ke kanan, dan mobil yang mengangkut para penompang ke tempat tujuan mereka, dan ku mulai bergegas memopong tas dan masuk kelas, suasananya sunggu sangatlah berbeda, dulunya seperti pasar ikan namun sekarang seperti kuburan yang tanpa ada orang yang berziarah ke sana, kemana dia lari suasana itu masa itu ku selalu kukenang hingga sekrang.

Tak terasa air mata menghujani pipiku, dan tersentak oleh ku wajah itu yang kini dia jauh pergi meninggalkan kelas ini, masih terniam di telinga ini suaranya masi ada wajahnya di benak ini.disini dikelas ini kenangan itu sunggu indah, namun sekarang hanya ada aku dan lima teman yang lain, kepergiannya yang jauh membuat kami sedikit kecawa namun semua itu kami jalani walau terkadang hampa dan tak seindah hari kemarin, dia Nia,,, 

Nia,,,
Kutulis ini hanya untuk kalian baca, hanya ingin kamu tahu bahwa kami disini sangat merindukanmu, kamu masih disini dikelas ini, kamu masih meninggalkan tangis itu disini, kamu masih ada dihati kami, hari ini, dan besok bahkan hingga kami mati. Pernah kita mengatakan bahwa GASFOUR adalah yang terbaik, kalimat itu yang pernah kita ucapakan dulu tak pernah terhapus di hatikami sampai kapanpun. Dan semua itu begitu sangat inda, keindahan terasa sempurna, kebersamaan yang sangat erat...(INI UNTUKMU DARI KaMI GASFOUR)

Rasanya sekarang aku ingin berteriak memanggil nama itu, kini tangisku tak bisa tertahankan lagi yang selalu menghujani pipi ini, berhenti-berhenti hati itu mencoba membendung tangis ini tapi semua itu sia-sia, tak sanggu ku menuliskan semua kenangan itu, dan aku tak pernah sanggup, semua itu akan ku kenang hingga suatu hari nanti akan ku baca kembali dan semua kita terkumpul disini bersama.

Minggu, 08 September 2013

Ku Ingin Berteriak

Seakan dunia tiada lagi suara...
Hening Kelam tanpa ada warna dunia.
Mereka meraung dengan gemuruh kelelahan...
Mereka ingin sedikit kebahagian, seolah dunia begitu kejam baginya,
Aku tidak tahu dari mana ku mulai mengetik diksi dengan kata-kata tanpa arah ini,
Namun suatu keyakinnan hati ku berkata tulislah apa yang ingin kamu tulis, raungan hati itu seolah membawaku dalam sebuah senar dawai cerita, tanpa terasa jam telah menunjukkan pukul 00:39 tanggal 09 September 2013 ku mulai menulis dengan Judul "KU INGIN BERTERIAK"

Kata demi kata kutuliskan untuk memulai cerita ini.
Hari itu saya lupa dengan tanggal berapa yang sudah pasti t

Sabtu, 22 Juni 2013

MAWAR UNTUK SITI

Malam ini langit dipenuhi dengan bintang-bintang yang berkelip dan hawa dingin menusuk tulangku. Sedikit pun, aku tidak mau beranjak dari beranda kamarku. Aku meninggalkan sejenak aktifitas belajar, karena pemandangan diluar sangat menarik untuk dilihat. Terlintas dibenakku untuk menghubungi Aden, kekasihku. Aku merongoh ponsel yang ada di kantong celanaku, lalu menekan nomor ponsel Aden.
Hallo, Aden! sapaku.
Hallo! Hah? Suara cewek? Aku kaget, ternyata yang mengangkat teleponku bukan Aden.
Hallo, Siti! sapa cewek itu.
Aden? seruku.
Maaf, Aden sedang menjalani pemotretan. Jadi dia tidak bisa mengangkat teleponmu. Terangnya.
Ini siapa? tanyaku penasaran.
Dila. Teman Aden. Jawabnya.
Oh… Kalau Aden memang sedang sibuk, biar nanti saja aku menghubunginya kembali! seruku.
Ok!
Terima kasih! sahutku sambil memutuskan pembicaraan.
Ya, Aden adalah seorang fotografer. Akhir-akhir ini Aden memang disibukkan dengan pekerjaannya itu. Dia memutuskan untuk berhenti kuliah dan menekuni hobi photograpy. Yah, sangat disayangkan, walaupun begitu aku tetap mendukung apapun keputusan yang dia pilih. Tapi, ayah Aden tidak menyetujui jalan hidup yang dipilih Aden. Ayah Aden menginginkan Aden untuk menjadi seorang dokter atau seorang pengusaha muda, seperti beliau. Akibatnya, ayahnya tidak mau tahu lagi mengenai kehidupan dan masa depan Aden. Aden tidak sendirian, karena ada aku yang akan selalu mendukungnya. Aku sayang Aden.
Jam di dinding telah menunjukkan pukul 9 lewat 15 menit, aku bergegas menuju tempat tidur dan menghempaskan tubuhku di atas kasur yang empuk. Saatnya mimpi indah, good nite all!
Paginya, di meja makan sudah terhidang sarapan pagi buatan mama. Mama menyambut kedatanganku.
“Selamat pagi, sayang!”
“Pagi, ma! Muaacch.” seruku sambil mengecup kedua pipi mama.
“Sarapan dulu ya, sayang! Mama udah bikin nasi goreng kesukaan kamu dan segelas susu.” Ungkap mama.
“Thank you, ma!”
Saat aku menginap di rumah, mama selalu sibuk sendiri untuk memasak masakan kesukaanku. Yah, walaupun aku harus tinggal di asrama sekolah, sesekali aku bisa menyempatkan diri untuk sekedar makan malam bersama mama.
“Selamat pagi semua!”
“Riga?” seruku kaget dan berlari kearahnya lalu memeluknya.
“Wooo… Siti!” ujarnya.
“Aku merindukanmu!” ungkapku.
Riga adalah temanku. Teman yang 2 tahun belakangan ini melanjutkan study-nya keluar negeri, tepatnya Australia. Aku benar-benar kangen padanya. Aku melepaskan pelukan dan mengacak rambutnya.
“Wah… kamu terlihat keren!” pujiku.
“Tentu saja. Siapa dulu, Riga! Hai tante!” ujarnya sambil tersenyum.
“Hai, Riga. Siti benar, kami merindukanmu!” tambah mama sambil memeluk Riga.
“Aku juga merindukan kalian! Hmmm… wangi sekali, pasti ada nasi goreng kesukaan tuan putri!” ujarnya.
“Kamu laper? Ayo sekalian, kita sarapan bareng!” ajak mama.
“Dengan senang hati, tante!”
“Dasar!” ledekku.
Akhirnya pagi ini aku sarapan ditemani oleh mama dan Riga. Setelah sarapan selesai, aku pergi ke sekolah dan diantar sama Riga. Dalam perjalanan aku dan Riga mengenang kembali masa-masa dulu, Riga juga tidak lupa menceritakan kehidupannya selama berada di Australia. Tidak terasa, aku sudah sampai di halaman sekolah.
“Thank you, Riga.”
“U’r welcome, tuan putri! Apa nanti siang ada waktu menemaniku mengelilingi kota Bandung?” pintanya.
“Sorry. Hari ini aku ada ujian dan malam ini aku harus tetap berada di asrama. Lusa, mungkin aku bisa!” ungkapku.
“Oke. Lusa kita ketemu di sini! Bye-bye!” pamitnya sambil melajukan mobilnya.
“Bye!”
Di kamar asrama. Aku menghempaskan tubuhku di atas kasur. Beberapa detik kemudian teman sekamarku, yang juga adalah sahabat terdekatku, Cherry datang dan dia terlihat habis menangis. Entah apa yang telah terjadi padanya? Aku beranjak dari tempat tidur dan mendekatinya.
“Cher, kenapa?”
Tiba-tiba dia memelukku dan menangis dipundakku.
“Hik’s… hik’s… hik’s…”
“Apa yang terjadi?” aku semakin bingung.
“Cher, tenangkan dirimu! Coba ceritakan padaku, apa yang terjadi?” kataku lagi.
“Ramon selingkuh, Val! Aku melihatnya jalan dan bermesraan dengan wanita lain!” ungkapnya.
“Hah? Ramon berbuat seperti itu? Sabar, Cherr! Jangan buang airmatamu untuk pria seperti itu!” ujarku menenangkan Cherry.
“Aku tidak terima perlakuannya itu, Val! Aku kecewa!” kesalnya.
“Udahlah, balas dendam itu ngak ada gunanya, Cherr. Lebih baik kamu tunjukkin ke dia, kalo kamu itu kuat dan bisa menemukan pria yang lebih daripada dia! Jangan seperti ini!” nasehatku.
“Kamu benar, aku harus bisa menemukan pria yang lebih baik! Aku benci dia, Val!”
“Iya, aku tahu! Udah, jangan nangis lagi!” kataku.
“Terima kasih, Val!” ujarnya.
Tiba-tiba ponselku berdering, aku melangkahkan kaki menuju meja belajar. Aku menatap layar ponsel dan ada nama Aden. Aku tersenyum dan mengangkatnya.
Siti! (Sapanya)
Aden! (Seruku)
Iya… ini aku, Aden! (jawabnya)
Hai!
Siti, apa kamu sudah lunch? (Ujarnya)
Hmmm… belum! Apa kamu mau mengajakku keluar untuk lunch? (Tanyaku)
Ya. Ayolah aku sudah lapar!
Tapi, Aden! Aku tidak bisa keluar, besok masih ada ujian. Aku harus belajar! (Seruku)
Hmm… aku sudah membuat spagethi kesukaanmu. Apa kamu tidak mau mencicipinya? Tidak perlu jauh-jauh dari asrama, sekarang aku sudah menunggumu dari tadi di taman belakang sekolah! Datanglah! (pintanya dan memutuskan pembicaraan)
Aden! (Seruku)
Aku memandang Cherry yang masih tersedu-sedu.
“Cherr, Aden sedang menungguku di taman. Apa aku bisa menemuinya sekarang? Kamu sudah lebih baik kan?” tanyaku agak khawatir dengan keadaan Cherry.
“Ya, temuilah Aden! Aku baik-baik saja!” ujar Cherry.
“Ok!”
Aku bergegas menuju taman sekolah. Hanya butuh waktu 5 menit untuk sampai di taman. Dari kejauhan terlihat Aden melambaikan tangannya kearahku. Aku mempercepat langkah kakiku dan segera menghampirinya.
“Aden!” seruku seraya memeluknya.
“Kamu merindukanku kah?” tanyanya.
“Ya, aku sangat merindukanmu!” aku tidak mau melepaskan pelukan ini.
“Aku juga!” serunya.
“Apa hari ini kamu libur kerja?”
“Hmmm… tidak! Aku setiap hari bekerja, tidak ada waktu untuk libur!”
“Oh...” sahutku seraya melepaskan pelukan.
“Ayolah, aku sudah lapar!” ujarnya seraya menarikku menuju meja yang di atasnya telah ada dua piring spagethi dan dua minuman kaleng.
“Ini rasanya sangat enak, aku memasaknya dari hati yang tulus. Karena aku tahu, kamu sangat menyukainya!” ungkapnya.
“Hah? Benarkah makanan ini lezat? Mari kita cicipi!” ajakku seraya mencicipi masakan Aden.
Aden memperhatikan dan menunggu komentarku.
“Bagaimana? Apa ada sesuatu yang kurang?” tanyanya.
“Hmmm… mungkin masakan ini akan lezat jika kamu menyuapiku!” ledekku.
Aden hanya bisa tersenyum mendengar ucapanku. Aden meraih sendok yang ada ditanganku, dan bersiap-siap untuk menyuapiku. Sendok itu sudah berada tepat di depan mulutku, aku membuka mulut. Akhirnya, Aden menarik kembali sendok itu dari hadapanku dan memakan spagethi itu sendiri.
“Kiiiim…” ujarku kesal.
“Hahahaa…” tawanya berhasil menipuku.
“Sorry! Tenang nona, suapan berikutnya adalah untukmu!” serunya dan benar kali ini dia menyuapiku.
“Bagaimana dengan pekerjaanmu?” tanyaku.
“Semuanya berjalan dengan lancar. Dalam waktu dekat ini aku dan teman-teman sedang merancang sebuah event pameran. Semoga saja bisa terwujud!” ungkapnya antusias.
“Amin. Lalu, kapan aku bisa menjadi modelmu?” aku sangat menginginkannya.
Aden hanya tersenyum lalu mengambil kameranya dan mengarahkan kamera kearahku.
“Setiap saat kamu bisa menjadi modelku! Tapi, foto ini bukan untuk publik! Hanya aku yang boleh memandang dan menatap model yang satu ini! Kamu hanya milikku!” ungkapnya sambil memegang pipiku.
“Kamu harus membayar mahal untuk itu, Aden!” terangku.
“Tentu saja! Aku sudah membayarnya dengan masakanku ini!” sahutnya.
Aku melonggo dan bersiap-siap untuk mencubit lengannya.
“Aww… aku hanya bercanda!” rintihnya.
“Aden, Dila itu siapa?” tanyaku penasaran dengan cewek yang semalam mengangkat teleponku.
“Oh, Dila adalah temanku. Dia yang mencarikan job dan beberapa orang model. Kamu tahu darimana soal Dila?” ujarnya balik nanya.
“Semalam aku menelponmu, tapi dia yang mengangkatnya!” ujarku singkat.
Aden meraih ponselnya dan menatap ke layar ponsel. “Dia tidak menceritakannya kepadaku? Ah… mungkin dia lupa! Semalam aku benar-benar disibukkan oleh pemotretan. Siti, sorry!” ungkapnya merasa bersalah.
“It’s oke, Aden!” seruku sambil mengacak rambutnya.
“Aden, apakah di hari Sitintine nanti kamu akan tetap bekerja?” tiba-tiba aku teringat dengan hari kelahirnku.
“Semoga saja tidak. Aku juga ingin dihari Sitintine nanti menghabiskan waktu bersamamu!” ungkap Aden.
Aku tersenyum mendengarnya. Aden kembali menyuapiku, Aden memperlakukanku seperti seorang putri. I Love Aden Forever.
***
Jam di tanganku menunjukkan pukul 10 pagi, akhirnya ujian ini berakhir juga. Aku lelah dan kelaperan. Cherry mengajakku ke kantin sekolah, dia juga merasakan hal yang sama denganku. Pagi tadi aku dan Cherry tidak sempat untuk sarapan pagi. Sesampainya di kantin sekolah, Cherry menyebutkan makanan yang ingin dipesannya.
“Val, aku mau pesan mie ayam dua mangkuk dan dua teh botol. Ngak pake lama!!!” pintanya.
“HAH? Laper atau doyan? Banyak amat, Cher?” ujarku heran.
“Dua-duanya, Siti! Udah sana, pesan makanannya!”
“Oke, wait !” aku meninggalkan Cherry dan lalu memesan makanan.
5 menit kemudian, aku datang dengan membawa makanan yang kami pesan. Cherry sama sekali tidak membantuku.“Cherr, bantuin dong!” pintaku.
Cherry hanya mencibir sambil memainkan ponselnya.
“Ini pesanannya tuan putri!” ujarku sedikit kesal.
“Thank you!” sahutnya sambil tersenyum.
“Untung aja ya, aku punya satu teman seperti kamu! Satu-satunya yang paling menyebalkan!” kesalku.
Cherry hanya cengegesan mendengar keluhanku. Tiba-tiba ponselku berdering, ada panggilan masuk dari Riga, aku langsung menekan tombol hijau.
Riga! (Sapaku)
Hai, tuan putri! Apa nanti sore kamu ada acara? Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat! (Ungkapnya)
Hmmm… sepertinya, aku mau ikut denganmu! Aku di sini juga sudah merasa jenuh dan bosan! Jam berapa kamu akan menjemputku?
Jam 3 sore, di parkiran sekolah! Tunggu disana! (Pintanya)
Ok. See you, Riga!
See you!
“Siti, sudah punya pacar, tapi masih saja jalan sama cowok lain! Apa Aden tidak cemburu dengan hal ini?” selidik Cherry.
“Cherr, Aden mengenal Riga! Dan aku sama Riga cuma temenan doang, ngak lebih! Jangan negative thinking deh!” aku kesal mendengar ucapan Cherry.
“Sorry, just kidding, Siti!”
Aku menyantap makananku dengan rasa kesal melihat tingkah Cherry hari ini.
Pukul 3 sore, di parkiran sekolah. Aku menunggu kedatangan Riga. Sudah pukul 3 lewat 15 menit, namun Riga belum juga datang. Ah! aku paling sebal kalau harus berada dalam situasi saat ini. Menunggu adalah hal yang paling membosankan. Tunggu! Itu dia, Riga. Riga tepat memarkir mobilnya di depanku, lalu dia turun dari mobil dan menghampiriku.
“Sorry, Val! Aku telat!” pintanya.
“Oh…” aku melangkahkan kaki menuju mobilnya.
“Siti… sorry!” serunya.
“It’s oke, Riga! Kamu mau mengajakku kemana?” tanyaku.
“Kemanapun yang kamu inginkan!” Riga merayuku.
“Hmmm… jangan bercanda Riga!” keluhku.
“Kita akan pergi makan dan jalan-jalan seputar kota Bandung. Kita jalan sekarang, tuan putri!” ajaknya.
Aku mengangguk dan tidak lupa untuk memasang sabuk pengaman. Aku dan Riga menikmati suasana sore hari kota Bandung. Wisata kuliner dan membeli beberapa pernak-pernik yang lucu.
Jam 8 malam di parkiran sekolah. Aden dari jam 5 sore menunggu kedatangan Siti, Aden ditemani Cherry. Cherry menceritakan perihal kemana Siti pergi dan bersama siapa.
“Aden, apa ponsel Siti sudah bisa dihubungi?” Tanya Cherry.
Aden hanya menggelengkan kepala.
“Mungkin ponselnya lowbat. Atau kamu hubungi Riga saja?”  usul Cherry.
“Tidak perlu, Cherr. Biar aku menunggunya disini!”
“Oh… baiklah! Biar aku temani!” kata Cherry.
“Thank you!” ujar Aden sambil tersenyum. Cherry pun membalas senyuman Aden.
Tidak terasa jam ditangan telah menunjukkan pukul 11 malam. Aden masih setia menunggu Siti di parkiran sekolah. Cherry tidak tahan menahan kantuknya, sehingga dia tertidur di salah satu kursi yang tersedia di parkiran. Akhirnya yang ditunggu pun datang juga. Mobil BMW berwarna silver memasuki halaman parkir dan Riga memarkir mobilnya tepat di sebelah Honda Jazz berwarna putih milik Aden.
“Val… Val… Siti… bangun! Kita sudah sampai di asrama!” kata Riga.
“Hhhh… ada apa Riga?” ujarku seraya membuka mata perlahan-lahan.
“Kita sudah sampai! Siti, Aden menunggumu di luar!”
“Hah? Aden?” seruku sambil melihat keluar kaca jendela mobil. Dan benar ada Aden yang sedang berdiri tepat disebelah mobilnya. Cherry juga ada disana, tapi dalam keadaan tertidur pulas. Aku turun dari mobil Riga dan melangkahkan kaki menuju Aden.
“Aden.” Seruku.
“Hai!” sahutnya sambil tersenyum.
“Apa yang kamu lakukan disini?” tanyaku penasaran.
“Menunggumu.” Jawabnya singkat.
“Kenapa tidak menghubungiku?”
Aden menyodorkan ponselnya dan memperlihatkan panggilan keluar yang dilakukannya untuk menghubungiku. Aku merongoh ponselku  dari dalam tas dan melihat ponselku yang mati total.
“Ponselku mati total! Sorry, Aden!” pintaku sambil memegang tangan kanannya.
“It’s ok!” sahutnya singkat.
“Val… aku balik dulu ya! Thank you, buat hari ini !” pamit Riga.
“Ya, makasih juga Riga! Be careful!” seruku.
Riga telah pergi dan aku melirik Aden, “Sorry! Riga mengajakku untuk berkeliling kota Bandung. Dia sudah lama tidak merasakan suasana kota Bandung, jadi dia memintaku untuk menemaninya!”
“Kasihan Cherry, Val! Dia ikut menemaniku menunggu kamu, akhirnya dia ketiduran disana!” ungkap Aden.
Aku melirik Cherry, lalu melangkahkan kaki menujunya.
“Cherry, bangun Cherr!” ujarku seraya memegang bahunya.
Cherry perlahan membuka matanya, “Hhhh… aku dimana?” tanyanya.
“Parkiran sekolah. Kembalilah ke kamar, disini sangat dingin! Sorry, Cherr!” ungkapku.
“Hmmm… Kasihan Aden, dia telah menunggu tuan putrinya dari jam 5 sore sampai sekarang! Aku balik ke kamar duluan ya, udah ngantuk berat!” bisik Cherry
“Aden, aku duluan ya! See you!” ujar Cherry sambil meninggalkan kami.
“Bye, Cherr!” sahut Aden.
“Aden, apa kamu marah padaku? Aku dan Riga hanya teman, dan kamu tahu hal itu kan?” terangku. Aku tidak ingin Aden membenci Riga dan juga tidak ingin Aden salah paham atas kedekatanku dengan Riga.
“I know! Tidak perlu dijelaskan berulang kali! Overall, it’s ok dear!” ujarnya.
“Hmmm… lalu ada keperluan apa kamu rela menungguku sampai jam segini?” tanyaku penasaran.
“Oh. Wait!” Aden membuka pintu mobilnya dan mengambil sesuatu.
Aden menyerahkan sebuah undangan pameran foto untukku. Yang akan diadakan lusa, pada pukul 10 pagi.
“Aden, akhirnya salah satu keinginanmu terwujud juga!” ujarku seraya tersenyum dan memeluknya.
“Selamat sayang! Aku sangat senang mengetahui berita bahagia ini!” ungkapku.
“Ini semua berkat dukunganmu! Yang dari awal dan sampai sekarang selalu mendukung semua kegiatanku! Thank you, Siti!” ungkap Aden.
Tidak terasa airmata jatuh di atas pipiku. “Aden…” seruku terharu.
“Siti, apa kamu menangis?” Tanya Aden. Aden ingin melepas pelukanku dan ingin melihat wajahku.
“Jangan, Aden! Biarkan aku tetap memelukmu!” pintaku.
Aden mengangguk dan memelukku dengan erat. “Ini adalah berita bahagia, tidak seharusnya kamu bersedih!” terangnya.
“Aku bahagia dengan cara seperti ini. Aden, aku sangat menyayangimu!” ungkapku.
“Ya… Aku juga menyayangimu, Siti!” Aden membelaiku dengan lembut.
Rasanya aku tidak ingin melepaskan pelukan ini sampai kapanpun. Aku sangat mencintai Aden.
            Minggu, 10 Februari 2013.
            Siang ini aku mengunjungi Aden di studio pemotretan. Dari kejauhan aku melihat Aden yang sedang sibuk dengan pekerjaannya. Aku tidak langsung menghampirinya. Tiba-tiba seseorang menyapaku, “Siti!”
            Aku menoleh dan tersenyum kearah orang itu. “Hai!”
            “Aku, Dila!” ujarnya sambil menyodorkan tangan kanannya.
            Aku meraihnya, “Siti. Senang berkenalan denganmu, Dila!”   
            Dila menatapku dengan lembut. Kuakui dia memiliki postur tubuh seperti seorang model, kulitnya yang bersih dan senyumannya yang bikin semua orang terpana melihatnya.
            “Ada janji dengan Aden?” tanyanya.
            Aku menggelengkan kepala, “Aku hanya ingin melihat dia dengan kesibukkannya. Sepertinya, Aden setiap hari menikmati kesibukannya ini. Benar tidak?”
            “Ya, kamu benar. Aden sangat menikmatinya.”
            Aku merasakan sesuatu yang beda dari tatapan Dila saat melihat Aden. Apa maksud tatapan itu? Apa dia menyukai Aden? Huff… Siti, come on positive thinking. Aden hanya mencintaimu, Siti.
            Akhirnya, Aden menyadari kehadiranku. Dia tersenyum dan segera menghampiriku.
            “Siti…” serunya sambil mencium pipiku.
            “Hai.” Sahutku.
            “Nad…” sapa Aden kepada Dila.
            “Hai, Aden. Bagaimana dengan persiapan pameran besok?” Tanya Dila.
            “Persiapannya baru 80 %. Beberapa hasil karyaku sudah kuserahkan pada Allan. Semoga pameran besok lancar dan sukses.” Ungkap Aden.
            “Amin. Okay, see you tomorrow. Aku harus kembali ke kantor. Bye!” pamit Dila.
            “Be careful!” seru Aden.
            “Dila cantik ya, Aden.” Ujarku.
            “Hah? Siti, di mataku hanya kamulah yang paling cantik.” Puji Aden sambil mengacak-acak rambutku.
            “Really?” seruku.
            Aden mengangguk, “You’r beautyfull. Muaccch…” sambil mencium pipiku.
            “Aden…” seruku sambil mencubit lengannya.
            “Siti, apa kamu sudah lunch? Aku lapar sekali!”
            “Belum. Kasihan, pangeranku kelaparan. Kita cari makan sekarang yuk!” Ledekku.
            “Ok. Let’s go!” ajak Aden.
            Pameran foto yang digelar Aden dan teman-temannya, sukses tanpa ada hambatan, kendala dan gangguan. Hasilnya sangat memuaskan. Aku senang melihat keberhasilan Aden kali ini. Aku menghampiri Aden.
            “Aden.” Seruku.
            Aden menoleh dan tersenyum. “Hai, sayang!” sahutnya sambil mencium pipiku.
            “Congratulations. Kamu hebat, Aden!” pujiku.
            “Thank you. Berkat dukungan kamu juga kan?”
            Aku tersenyum mendengarnya. “Juga karena usaha dan kerja keras kamu! Aden, kita harus merayakan keberhasilan kamu hari ini?”
            “Tentu. Kita harus merayakannya!” Aden setuju.
            Malam harinya Aden mengajakku makan malam di kediamannya. Tentunya, menu masakan malam ini Aden yang memasaknya. Aku dengan sabar menunggu hidangan di meja makan. Beberapa detik kemudian, Aden datang dengan membawa masakan favoritku, spagethi ala Aden.
            “Hmmm… yummy!” seruku seakan-akan spagethi tersebut sudah berada di mulutku.
            Tiba-tiba ponsel Aden berdering, ada panggilan masuk dari Dila. Aden memandangku, “Aku angkat teleponnya sebentar ya!” ujarnya.
            Aku mengangguk. “Huh… kenapa selalu ada yang menganggu saat aku bersama Aden?” batinku kesal.
            Beberapa menit kemudian, Aden kembali menghampiriku.
            Aku penasaran, “Telepon dari siapa?” tanyaku.
            “Dila.” Sahutnya.
            “Lalu?”
            “Bukan hal yang penting. Kita makan sekarang ya! Cobain deh, pasti masakannya makin lezat!” ajaknya.
            Aku menurutinya dan lagipula aku juga tidak mau merusak suasana hati Aden yang sedang berbahagia dengan rasa penasaranku ini. Ada apa antara Aden dan Dila? Tiba-tiba Aden menyuapiku seraya tersenyum, berharap aku memuji masakannya.
            “Bagaimana rasanya? Apakah ada yang kurang?” tanyanya.
            “Hmmm… lezat banget!” pujiku sambil mengacungkan dua jempol.
            “Really? Aku benar-benar hebat bukan?” bangganya.
            “Of course, dear!” sahutku dan sekarang gantian aku yang menyuapinya.
            “Yummi…” serunya.
            Aku berharap setiap hari aku dapat melewati hari-hariku bersama Aden. Aku bahagia saat Aden selalu disampingku. Menemaniku dalam suka maupun duka dan sebaliknya aku pun melakukan hal yang sama. Always Aden forever.
Rabu, 13 Februari 2013.
            Di asrama sekolah tepatnya di kamarku dan Cherry. Cherry sibuk dengan gaun barunya. Ya, malam ini adalah malam Sitintine days. Malam dimana orang-orang mencurahkan kasih sayangnya kepada pasangannya. Ya, tidak harus menunggu Sitintine days untuk melakukan semua itu. Dihari-hari biasa pun semua orang bisa melakukannya.
            “Siti, bagaimana pendapatmu dengan gaunku ini?” Tanya Cherry sambil memutar-mutar badannya.
            “Hmmm… bagus dan warnanya cocok dengan kulitmu. Beli dimana?” tanyaku sambil memperhatikan Cherry yang terlihat anggun dengan gaun pink yang dikenakannya.
            “Gaun ini hadiah dari Alan.”
            “Alan? Siapa dia?” aku penasaran dengan pria bernama Alan.
            “He is my boyfriend!” ungkapnya.
            “WAW… Cherry memang keren. Dalam beberapa hari dapat menemukan pengganti…” belum selesai aku menyebutkan nama mantannya, Cherry memotong pembicaraanku.
            “STOP!!! Jangan pernah menyebut namanya lagi!” perintah Cherry.
            “Up’s sorry!” pintaku.
            “Hei, bukankah malam ini adalah hari ulang tahunmu sekaligus malam Sitintine days. Hmmm… apa yang akan kamu lakukan nanti malam? Oh ya, pasti dinner with pangeran Aden? Iya kan ?” cerocos Cherry ingin tahu.
            Aku terdiam mendengar pertanyaan Cherry yang begitu banyak. Terakhir kali aku bertemu Aden, saat makan malam bersamanya. Hari ini Aden belum menelponku, aku tahu dia pasti sangat sibuk dengan pekerjaannya.
            “Aden sibuk!” lirihku.
            “Come on, Siti! Besok adalah hari ulang tahunmu, mana mungkin dia membiarkanmu melewatinya sendirian?” protes Cherry.
            “I don’t know, Cherr!” sahutku.
            Cherry meraih ponselnya dan menghubungi seseorang. Beberapa menit kemudian…
            Hei, Aden! Apa kamu setiap hari harus bekerja? (Cherry)
            Aku kaget dan melangkahkan kaki kearah Cherry berdiri.
            “Cherr, apa yang kamu lakukan?” bentakku.
            Apa kamu akan membiarkan Siti melewati malam ini sendirian? Come on, Aden? (Cherry)
            Tolong berikan ponselmu padanya! (Aden)
            Cherry menyodorkan ponselnya padaku. “Aden ingin berbicara denganmu!” ujar Cherry.
            Hallo!
            Siti, maaf!
            Untuk apa?
            Aku tidak bisa menemanimu di malam Sitintine kali ini. Sorry!
            Aku terperangah dan terdiam. Rasanya air mataku beberapa detik lagi akan menetes.
            Why?  (Aku)
            Tadi pagi aku berangkat ke Surabaya, ada kerjaan penting di sini. Aku diundang untuk melakukan pemotretan! Sorry, sebelumnya aku tidak memberitahumu! (Aden)
            Aku tidak tahu harus mengatakan apalagi. Aku hanya bisa terdiam, tidak terasa air mata membasahi pipiku. Cherry memandangku dan mengusap air mataku.
            “Siti…” serunya.
            Aku menyerahkan ponsel Cherry, sementara Aden belum memutuskan pembicaraan.
            Aden, apa yang kamu lakukan? (Cherry)
            Apa dia menangis? (Aden)
            Menurutmu? (Cherry)
            Maaf, aku telah membuat hatinya terluka! (Aden)
            Apa hidupnya hanya untuk bekerja, bekerja dan bekerja? Kenapa kamu tidak menghargai perasaan Siti? Apa itu yang dinamakan cinta? Aden, aku kecewa denganmu! (Cherry)
            Cherry  memutuskan pembicaraan lalu melangkahkan kaki mendekatiku yang sedang duduk di atas ranjang.
            “Siti, sorry! Seharusnya aku tidak menghubunginya!” ujar Cherry.
            “It’s ok, Cherry!” lirihku.
            Malam harinya, Cherry telah siap untuk pergi makan malam bersama Alan. Aku tinggal sendirian di kamar. Aku tidak semangat untuk bepergian keluar, lagipula tidak ada yang menemaniku. Malam ini aku kesepian dan hanya ditemani oleh bintang di atas langit. Ku duduk di pinggir jendela dan memandang ke atas langit. Pemandangan malam ini sangat indah, tanpa terasa air mata menetes di pipiku.
            Jam di dinding kamarku menunjukkan pukul 23.30 WIB, aku telah berbaring di atas tempat tidur. Aku melirik tempat tidur Cherry, dia belum juga pulang. Cherry beruntung, karena bisa melewati malam Sitintine bersama orang yang disayanginya. Tiba-tiba pintu kamarku diketuk oleh seseorang. Siapa itu jam segini mengetuk kamar orang, kalau itu Cherry, dia pasti langsung masuk karena dia memiliki kunci kamar ini.
            Aku melangkahkan kaki menuju pintu dan perlahan pintu itu kubuka. Aku tidak menemukan sosok yang mengetuk pintu.  Mataku tertuju  ke lantai, dimana di lantai itu ada sebuket mawar merah. Aku mendekatkan buket itu ke depan hidungku dan mengendus baunya. Bau tajam bunga mawar serta-merta menyergap hidungku. Buket mawar ini indah sekali. Siapa yang meletakkan bunga ini di depan pintu kamarku? Sejuta tanya hadir dibenakku.
            Aku melihat ada secarik kertas yang terselip dalam bunga mawar ini.
            Aku menunggumu di taman sekolah! Temui aku, now!
            Kulangkahkan kaki menuju taman sekolah dan aku mengenggam erat buket mawar ini. Beberapa menit kemudian aku sampai di taman sekolah. Aku terperangah melihat di sekitar taman sekolah terpajang foto-fotoku. Aku mencari sosok yang memintaku datang ke taman ini, tapi ku tak menemukannya.
            “Apa kamu mencariku?”
            Suara itu tidak asing di telingaku. Suara orang yang sangat kucintai, Aden.
            “Aden…” lirihku sambil membalikkan badanku.
            Aden tersenyum. “Aku tidak mau kamu melewati malam ini dengan air mata. Aku akan selalu ada bersama kamu. Karena aku mencintai Siti!” ungkap Aden.
            Aku mendekati Aden dan memeluknya dengan erat. “Bunga ini indah sekali, Aden. Aku menyukainya. Thank you!” ungkapku dan untuk kesekian kalinya air mata jatuh di pipiku. Air mata bahagia, karena malam ini aku tidak melewatinya sendirian.
            “Maafkan aku! Aku telah membohongimu. Ini semua ide aku dan Cherry. Sorry, Siti!” pinta Aden.
             Lalu Aden menjelaskan semua sandiwara yang dimainkannya, tentunya dibantu oleh Cherry. Kedekatan Aden dan Dila semuanya hanya sandiwara. Aku benar-benar cemburu saat Aden dekat dengan Dila. Aku kesal dan ingin melampiaskan kekesalanku pada Aden.
            “Aku kesal tapi dibalik semua ini, aku sangat bahagia. Karena ada kamu disisiku. Aku mencintaimu, Aden!” ungkapku.
            “Aku juga mencintaimu! Forever with u!” sahutnya.
            Jam menunjukkan pukul 00.00 WIB.
            “Happy birthday… Sitieee!” seru Cherry.
            Aku kaget mendengar suara Cherry. Ternyata dia juga berada di taman dan disampingnya ada seseorang, pastinya itu cowok yang bernama Alan. Cherry memelukku dan mengucapkan selamat untukku.
            “Happy birthday, sayang!” ujar Aden..
            “Thank you…” seruku. Aku benar-benar bahagia malam ini, karena di malam Sitintine ini aku mendapatkan kasih sayang yang begitu berlimpah dari orang-orang yang menyayangiku. Terima kasih untuk semuanya. Semua perhatian dan  kasih sayang yang kalian berikan untukku. Forever with Aden, because I love Aden.

                                                                        -END-

Selasa, 04 Juni 2013

Cerita KU DenganNY (AR)

WANITAKU DARI SYURGA

Semua berjalan seiring dengan berjalannya waktu, semua itu tidak dapat ku kendalikan dengan pikiran sehat ku, cinta tiba-tiba datang dengan tidak terduga, semua itu tanpa kompromi dengan prasaan yang sebenarnya dan mungkin hal yang tidak mungkin terjadi, tapi saya percaya tidak ada yang tak mungkin jika itu memang benar, rasa cinta dan prasaan ini semakin menggebu, bila ini cinta bararti aku telah jatuh cinta (AR),
semua beriring dengan waktu, tidak dapat ku pingkiri lagi, cinta,cinta,cinta,cinta,cinta,,,, itu yang ada di benak ku, wanita itu, gayanya, senyumnya, tawanya, khasnya dan caranya melihatku membuat ingin sekali bertanya kepadanya,,, tapi hal yang tak mungkin,,, dia wanita yang sepurna dimataku saat ini dan sampai kapan pun, dialah wanita ku yang turun dari surga.. dia membuka pintu diwaktu aku lagi membutuhkan orang untuk membuka pintu itu, namun dia datang bukan hanya untuk membuka pintu tapi dia membuka hatinya untukku.
wanita yang berkulit sahu matang,,heeheehe,, pemalu dan tidak ada wanita seperti dia,, itulah wanitaku sedikit agak lebay sob,,,aku sadar siapa aku, lelaki yang seperti ini tak pantas untuk mencintai wanita seperti dia, dialah wanita yang sangat sempurna dan sangat sempurna, lelaki mana yang tidak mengharpkan cinta dari wanita ini, simple stile wanita kelahiran 21 April 1997, yang telah membuka mataku yang ketika itu ku tutup untuk cinta,,, dialah bidadari yang telah memberikan hipnotis cinta untukku dialah dewa cinta dalam jiwaku, kesabaran untuk memilikinya sungguh sangat kukuatkan dalam jiwa ini, lama bejalan seiring dengan waktu tanpa ada jawaban darinya,,, hampir 1 bulan bahkan lebih,, bukan hari yang singkat bagiku untuk menunggu, tapi kesabaran itu semakin kuat karana hanya satu harapan untuknya adalah memilikinya dari hari ini hingga nafas ini berhenti...
sesuatu yang tak terduga bahkan tak terpikirkan dalam benak ini, cinta yang telah lama menunggu jawaban kini terjawab jua dengan kata....(IA),,, ingin rasanya meloncat tanpa hentinya perasaan bahagia yang luar biasa dan saya merasa tidak ada orang yang memiliki cinta seperti cinta ini, sabar-------sabar hasilnya luar biasa,,
saya tidak tahu harus berkata apa, bahkan mungkin tidak percaya dengan jawab itu, mata tertutup pikiran melayang apa yang sebenarnya apakah ini mimpi atau hanya sekedar mencoba atau menguji,,, ya tuhan ini cinta yang luar biasa,,, 
tapi terkadang dia malu untuk juga bertemu, yahhhh kami maklum, 1 kelas bukan sukar untuk tidak bersua ya seprti iklan selalu bersama tapi tak harus sama,,, cucok untuk status kami, mencoba menghidar dari kenyataan yang ada, malah salah bahkan menjadi buah bibir kelas kami, ingin becanda tapi ada yang mengawasi buah hati (N),, tak malu rasanya ingin duduk bahkan bercanda bersama seperti hari kemaren sebelum cinta ini bersemi tapi mau hendak dikata  cinta sudah melekat kelas terasa surga...nyaman rasanya, jujur aku adalah orang termalas dari kawan-kawan yang paling malas, selama ia hidup dalam kehidupan ini semua berubah drastis, rajin dan percaya diri dan semakin dewasa, dia telah membuka semuanya seperti pijarku di malam hari,menerangi di setiap langkah ku dan menunjukan arah ku ketika aku salah, dia guru dalam hidup ini.
semakin hari cinta ini semakin berubah pula, kepercayaan ini dia semakin menipis untuk ku, dan tak tahu lagi harus berbuat apa untuk dia yakin dan percaya seperti dulu, hidup ini hampa tanpa dia, gelap gulita tampa pijarnya, semua ku lakukan tidak membuat dia yakin akan cinta ini, (BILA KAMU MEMBACANYA TOLONG AJARKAN AKU UNTUK MEMBUATMU YAKIN)
Kala cinta sudah melekat
taik manok rasa coklat
bila cinta sudah menggebuh
taik lemo rasa bolu....

tidak dapat ku ukir lagi, tak dapat ku tulis lagi
hanya cinta ini yang bisa menghidupakan ku
hanya cinta ini yang bisa membuka mata ku
dan hanya kamu di hati ini
dan hanya kamu dambaan hati ini
aku tak perlu kamu selalu di sini
tapi kamu hanya ingin tahu kamu selalu 
hidup dalam hati ini.
aku kan menunggu hari mu
akan kutunggu cinta mu
dan akan kutunggu hingga 
kamu yakin aku cinta kamu
tolong isi hariku dengan cintamu
dan hanya cintamu (N)

Selasa, 21 Mei 2013

CintaRahasia....



Ajarilah kami bagaimana memberi sebelum meminta,berfikir sebelum bertindak,santun dalam berbicara,tenang ketika gundah,diam ketika emosi melanda,bersabar dalam setiap ujian.Jadikanlah kami orang yg selembut Abu Bakar Ash-Shiddiq,sebijaksana Umar bin Khattab,sedermawan Utsman bin Affan,sepintar Ali bin Abi Thalib,sesederhana Bilal,setegar Khalid bin Walid radliallahu'anhum
Aamiin ya Rabbal'alamin.

(Cinta Rahasia)
Sengaja kusimpan rapi rindu ini,
Hanya kutorehkan dalam bait-bait tinta untukmu,
Yang saat ini belum bisa kuhaturkan padamu,Hingga saatnya nanti tiba,
Ketika sebuah ikatan suci mengikat jiwa dan raga kita,
Dalam sebentuk ketaatan dan cinta,Upayaku menjadi sebaik-baik perhiasan dunia..

(Cinta Rahasia)
Hari bahagia itu masih beberapa bulan lagi,Tapi aku sudah merinduimu,
Engkau yang belum pernah hadir dalam episode kehidupanku,
Engkau yang sama sekali tak kukenal sebelumnya,
Pertemuan kita sekali saja..Saat kau melihatku dan aku melihatmu
Sebuah proses syar’i yang diajarkan oleh Rosul kita yang mulia
Itu sudah cukup bagiku ,Untuk mantap dalam memilihmu..

(Cinta Rahasia)
Bukannya aku ingin membanggakan diri,
Aku memilihmu bukan karena hartamu.
Sebab pernah datang padaku sebelummu seorang yg lebih kaya darimu,
Aku mantapkan hatiku bukan karena parasmu.
Sebab pernah datang padaku sebelummu seorang yg lebih CANTIK darimu,
Aku putuskan dirimu tuk jadi Mentariku bukan kerana nasab dan kedudukanmu.Sebab pernah datang padaku sebelummu seorang yg lebih bangsawan dan berpangkat darimu.


Tapi aku tak mau hanya harta, paras, dan nasab atau kedudukan mereka..
Aku tak mau menyia-nyiakan sisa hidupku untuk mereka..Yang kurang agama dan akhlaqnya..Tapi aku ingin jadi orang yg beruntung seperti sabda Nabi kita..

“Wanita itu dinikahi karena empat perkara iaitu karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya, dan karena agamanya. Maka pilihlah olehmu wanita yang punya agama, engkau akan beruntung.” (HR. Al-Bukhari no. 5090 dan Muslim no. 1466)

(Cinta Rahasia)
Ku memilihmu karena telah sampai berita kepadaku ,
Bahwa kau memiliki pemahaman aqidah yg lurus.
Kau mengusahakan sholat lima waktumu di masjid selalu,
Kau senantiasa mengamalkan sunnah-sunnah Rosul-Mu.
Kau upayakan dirimu tak ketinggalan hadir di majelis ilmu,

(Cinta Rahasia)
Bukannya diri ini mencari kesempurnaan
Karena kutahu sebagaimana ada dalam diriku, pun pasti ada cela dalam dirimu
Tapi kuyakin segala kelebihanmu kan menutupi kekuranganmu
Aqidah, amal sholih, dan akhlaqul karimah yang engkau miliki
Menjadi alasan bagiku Untuk Menjadikan mu pijar dalam hidupku
Menguatkanku untuk selalu berbakti pada Allah
Sekaligus mendidikku dan jundi-jundi kecil kita
Menjadi pribadi sholeh sholehah..
Membangun rumah tangga beraroma surga,,
Berlandaskan tauhid, Bermanhaj ahlus sunnah dengan pemahaman shohabah,

(Cinta Rahasia)  
Hari-hariku merayap lambat
Ketika ku hanya bisa berusaha sabar menantimu
Mengikrarkan akad yang kan menjadikanku halal bagimu
Tak ingin menodai proses yang selama ini diperjuangkan benar-benar syar’i.

Karena itu..
Terima kasih kau telah menjaga proses ini jauh dari fitnah
Memperhatikan adab-adabnya,Bertaqwa dari segala godaan halus syaithon yang menipu daya..

(Cinta Rahasia)
Jika kau juga merinduiku, Maka bersabarlah,
Tetaplah mengokohkan aqidah, Tegarlah dalam menegakkan sunnah,Istiqomah dalam berakhlaqul karimah,Bersemangatlah dalam mencari maisyah,

Karena ku disini menantimu, Dengan segenap rindu dan kesabaranku…
Dengan do’a yang kulantun di hembus angin…Agar ALLAH senantiasa menjagamu..Memudahkan urusanmu..Menjadi bermanfaat bagi kaum muslimin, tak hanya bagiku..
Banda Aceh, 21 Mei 2013

Sabtu, 04 Mei 2013

terima kasih atas segala nya
tawa kecilmu canda manis mu dan cinta yang pernah kurasakan
terima kasih atas segala nya
perlakuan mu yang membuat ku ingin tersenyum ketika mengingatnya
janji yang kamu buat dan hingga akhirnya kamu sendiri yang mengingkari akan aku simpan dalam kenangan terpahit dalam hidupku :)
sampai saat ini semua rasa ku masih tersusun rapih dengan ikatan rasa yang begitu kuat..
tenang... semua nya sudah ku tata rapih dan tak akan ku buka kembali
bahagia lah bersama nya, aku pun sedang belajar untuk mengikhlaskan..